Kijang emas


The Golden Antelope | English Edition

Cerita Rakyat dari Jawa Barat

ADA seorang lelaki tua dan miskin tinggal sendirian di hutan. Istrinya meninggal tahun lalu dan ia tidak memiliki anak. Setiap hari ia mengumpulkan beberapa kayu dan menjual mereka di desa.

Suatu hari, orang tua melihat kijang (antelop) yang indah. Kijang itu berbeda dari yang lainnya. Warna kulit emas. Orang tua itu berjalan perlahan menghampiri. Kijang tampak sangat lemah. Ia kemudian memberinya makanan.

"Terima kasih, Pak. Anda sangat baik padaku," kata kijang.

"Anda bisa bicara? Siapa kau? Apakah Anda hantu hutan?" orang tua itu sangat terkejut.

Dia begitu terkejut melihat kijang berbicara.

"Saya minta maaf. Saya tidak bisa mengatakan siapa aku. Jika saya lakukan, banyak orang akan memburuku. Tolong jangan memberitahu siapa pun tentang saya, ya?" tanya antelop.

Sejak itu orang tua memiliki teman baru, kijang emas. Dia tidak merasa kesepian lagi karena dia punya teman untuk bicara sekarang, antelop emas. Suatu hari, orang tua sakit. Dia tidak bisa mengumpulkan kayu.

"Jangan khawatir. Aku akan mengumpulkannya untuk Anda," kata kijang emas.

Kijang emas kemudian pergi ke hutan. Dia tidak tahu bahwa beberapa pemburu yang mengikutinya. Salah satu pemburu adalah Pangeran Wijaya. Pangeran Wijaya mengambil panahnya. Dia mngarahkan panahnya ke kijang emas. Kemudian panah menghantam tubuh kijang.

Tiba-tiba, asap keluar dari tubuh kijang emas ini. Asap menghilang, kemudian seorang gadis cantik muncul.

"Terima kasih. Anda hanya membebaskan saya dari kutukan. Aku Putri Sutha. Sebuah dewi mengutuk saya menjadi kijang emas. Aku bisa kembali menjadi manusia jika pangeran menembak saya dengan panahnya," jelasnya.

Kemudian Pangeran Wijaya memintanya untuk pergi ke kerajaan. Putri Sutha hanya setuju dengan satu syarat. Dia ingin Pak tua juga untuk bergabung dengan mereka.

Mereka kemudian pergi ke rumah Pak tua itu. Ia terkejut ketika ada seorang pangeran dan putri ke rumahnya. Dia begitu bahagia setelah Putri Sutha menjelaskan semuanya. Dia kemudian setuju ketika mereka memintanya untuk tinggal bersama mereka di istana. Tidak lama setelah itu, Pangeran Wijaya dan Putri Sutha menikah. Mereka bahagia selamanya. ***

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection