Putri Luh Cendrasari



Putri Luh Cendrasari >> English Edition

Folklor dari Bali

PRABU Maha Sila adalah seorang raja. Dia memiliki seorang putri cantik. Namanya Putri Luh Cendrasari. Banyak pemuda yang jatuh cinta padanya. Mereka ingin mengusulkan dia menjadi istri mereka.

Raja meminta putrinya untuk memilih pria dengan hati-hati. Beberapa orang adalah pangeran dari kerajaan lain. Raja tidak ingin membuat orang-orang kecewa karena hal itu dapat memulai peperangan.

Putri Luh Cendrasari paham. Dia mengadakan kompetisi. Dia akan menikah dengan pria yang bisa membawanya mata dan sisik naga putih. Semua peserta sepakat. Mereka mulai mencari naga putih.

BUkanlah hal yang mudah untuk menemukan naga putih. Beberapa dari mereka naik gunung dan beberapa dari mereka berenang di laut. Namun mereka masih belum bisa menemukan naga putih. Satu per satu peserta menyerah.

Salah satu peserta adalah Manik Angkeran. Dia bukan pangeran. Dia hanya seorang penduduk desa. Manik Angkeran benar-benar ingin menikah Putri Luh Cendrasari. Sebenarnya sang putri juga jatuh cinta dengan Manik Angkeran.

Dia benar-benar berharap dia bisa memenangkan pertandingan tersebut. Manik Angkeran pergi ke gurunya di guanya. guru sedang bermeditasi. Manik Angkeran menceritakan kepada gurunya tentang Putri Luh Cendrasari dan kompetisi.

"Apa yang akan Anda lakukan untuk memenangkan persaingan?" tanya guru.

"Saya akan melakukan apa saja, Guru. Jika saya harus mengorbankan jiwaku, ya ... Aku akan melakukannya, kata Manik Angkeran.

"Saya benar-benar mengagumi kegigihan Anda. Saya dapat melihat bahwa Anda benar-benar mencintainya. Dan saya juga benar-benar mencintai Anda, Manik Angkeran. Dan aku akan melakukan apa saja untuk membuat Anda bahagia."

Guru melanjutkan, "Sebenarnya saya naga putih. Dewa memungkinkan saya untuk menjadi manusia," kata guru.

Kemudian sebuah hal yang luar biasa terjadi. Guru perlahan berubah menjadi naga putih. Manik Angkeran sangat terkejut. Dia tidak tahu bahwa gurunya sebenarnya naga putih.

Naga putih mengambil matanya dan mengguncangkan tubuhnya. Sisiknya berjatuhan. Dia memberi matanya dan sisiknya untuk Manik Angkeran. Kemudian naga putih menghilang. Dia kembali ke surga.

Manik Angkeran sangat sedih. Dia kehilangan gurunya tercinta. Dia segera pergi ke istana. Sang putri senang. Pemenangnya adalah Manik Angkeran. Mereka segera menikah.

Tidak lama setelah itu sang putri hamil. Semua orang bahagia kecuali Manik Angkeran. Dia tahu dia harus memenuhi janjinya. Dia akan segera mati.

Manik Angkeran sedang berbicara dengan Putri Luh Cendrasari. Tiba-tiba ia terjatuh. Putri Luh Cendrasari melihat para dewa mengambil nyawa Manik Angkeran.

Dia menangis. Dia meminta dewa untuk tidak mengambil suaminya. Dia mengatakan kepada dewa bahwa ia ingin mengikuti suaminya. Dia juga ingin mati.

Para Dewa menjawab, "Ini bukan waktu untuk mati. Anda sedang hamil."

"Tapi aku benar-benar ingin bersama suamiku," kata sang putri.

Sebenarnya para dewa tidak ingin mengambil spirit Manik Angkeran ini. Mereka hanya ingin menguji sang putri jika dia benar-benar mencintai dia, mengetahui bahwa ia hanya seorang warga desa, Para dewa menjawab permintaannya. Perlahan Manik Angkeran hidup kembali.

Ia hidup lagi. Sejak itu Manik Angkeran dan Putri Luh Cendrasari hidup bahagia selamanya. ***

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection