Putri Pinang Gading




Putri Pinang Gading >> English Version

Folklor dari Bangka Belitung

DAHULU kala di Belitung, hiduplah pasangan suami istri yang bernama Pak Inda dan Bu Tumina. Mereka tinggal berdua di rumah mereka. Mereka belum punya anak.

Pak Inda selalu pergi memancing di pagi hari. Dan di suatu pagi seperti biasa ia pergi ke laut. Di perjalanan, ia tersandung sebatang bambu.







"Ini berbahaya. Seseorang bisa saja terluka karenanya," kata Pak Inda.

Dia melemparkan bambu ke laut. Kemudian ia terus berjalan. Sekali lagi, ia tersandung bambu.

"Mengapa ada banyak bambu di sini?" Tanya Pak Inda pada dirinya sendiri.

Dia ingin melempar bambu ke laut. Sebelum dia melakukan itu, dia melihat bambu dengan seksama.

"Saya rasa ini adalah bambu yang sama saya melemparkan beberapa waktu lalu. Bagaimana bisa berada di sini lagi?" Pak Inda bingung.

Dia kemudian melemparkan bambu ke laut. Hebatnya bambu terus datang kembali kepadanya. Dia tahu bahwa bambu ini berbeda dari bambu lainnya sehingga ia membawanya ke rumah. Di rumah, Pak Inda menceritakan kepada istrinya tentang bambu itu. Bu Tumina menyarankan dia untuk menempatkan bambu dalam sebuah kotak. Mereka menempatkan kotak di kamar tidur mereka. Di pagi hari, mereka mendengar bayi menangis. Pak Inda dan Bu Tumina mencari asal suara bayi itu. Akhirnya mereka menemukan seorang bayi perempuan di dalam kotak di mana mereka menempatkan bambu. Namun bambunya menghilang.

Pak Inda dan Bu Tumina sangat senang. Mereka menamai bayi perempuan itu Putri Pinang Gading. Pak Inda dan Bu Tumina merawatnya dengan penuh kasih. Meskipun Putri Pinang Gading adalah anak tunggal mereka, mereka tidak memanjakannya.

Mereka mengajarinya untuk mandiri. Mereka juga mengajarkan cara untuk melindungi diri dari binatang liar. Itulah sebabnya Putri Pinang Gading tumbuh sebagai gadis yang hebat. Suatu hari, burung raksasa menyerang desa mereka. Burung itu liar. Ini merugikan banyak orang. Tidak ada yang berani membunuh burung raksasa. Putri Pinang Gading tahu ia harus melakukan sesuatu. Dia ingin membunuh burung.

"Hati-hati, Nak. Kami sangat mencintaimu dan kami tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Bawalah panah ini. Panah ini memiliki racun dan dapat membunuh burung. Panahlah tepat di jantung burung," kata Pak Inda.

Dia tahu putrinya bisa melakukan itu.

Dia terampil dengan panah. Putri Pinang Gading kemudian pergi ke desa. Dia sedang menunggu burung. Para penduduk desa ketakutan. Mereka memintanya untuk berhati-hati. Tiba-tiba, burung raksasa terbang tepat di atas nya. Burung itu mencoba menyerangnya. Putri Pinang Gading kemudian mempersiapkan dirinya dengan panah. Dia memanah jantung burung.

Wuuuusshhh! panah menghujam jantung burung! Burung itu jatuh di tanah dan mati seketika. Para penduduk desa sangat senang. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Putri Pinang Gading untuk jasanya yang besar. Tanah di mana burung raksasa jatuh, tumbuh tanaman bambu. Bambu itu mengandung beracun. Kemudian penduduk desa bernama daerah sebagai Membalong. Ini berarti bambu yang beracun. Membalong sekarang menjadi kabupaten di Bangka Belitung. ***




Ayo Baca Cerita yang Lain!

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection