Simalungun

Simalungun | English Version

Cerita Rakyat dari Sumatera Utara

SUATU waktu di Sumatera Utara, ada tiga kerajaan kecil. Mereka adalah Kerajaan Silou, Kerajaan Tanah Djawo, dan Kerajaan Raya.

Ketiga kerajaan itu hidup bahagia dan damai. Mereka bergaul dengan baik dan harmonis. Mereka tahu dengan tetap bersama mereka akan sangat kuat.

Ketiga kerajaan itu hidup di tanah yang sangat subur. Rakyatnya makmur. Mereka tidak pernah kekurangan makanan. Kerajaan lain menjadi cemburu dengan ketiga kerajaan tersebut. Mereka berencana menyerang mereka. Namun mereka tahu ketiga kerajaan itu sangat kuat. Mereka hanya ingin menyerang kerajaan satu demi satu.

Kerajaan pertama yang dikehendaki.untuk menyerang adalah Kerajaan Majapahit. Kerajaan mencoba menyerang Kerajaan Tanah Djawo.

Seorang tentara melaporkan kepada Raja Tanah Djawo.

"Yang Mulia, saya punya kabar buruk, Kerajaan Majapahit akan menyerang kita."

"Saya tahu Majapahit adalah kerajaan yang begitu besar. Kita tidak bisa melawan mereka sendiri, kita perlu meminta teman baik kita untuk membantu kita," kata raja Kerajaan Tanah Djawo.

Kemudian dia mengirim pesan kepada raja-raja Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya.

Kedua raja tersebut menanggapi permintaan tersebut. Mereka mengirim tentara terbaik mereka untuk membantu kerajaan Tanah Djawo. Mereka melakukannya! Ketiga kerajaan itu bisa bersatu untuk melawan Majapahit. Mereka membuat Majapahit meninggalkan tanah mereka.

Sayangnya, masalah mereka tidak berhenti. Tampaknya kerajaan lain pun siap menyerang. Tidak ada yang tahu siapa mereka. Satu hal yang pasti banyak tentara siap menyerang tiga kerajaan tersebut.

Mereka melakukannya bersamaan. Mereka menyerang tiga kerajaan sekaligus, dan yang membuat ketiga kerajaan itu tidak dapat saling membantu satu sama lain.

Mereka menyelamatkan nyawa mereka! Perlahan-lahan ketiga kerajaan itu kalah dalam pertarungan. Mereka harus meninggalkan tempat mereka. Mereka harus lari mencari tempat yang aman.

Mereka menemukan tempat yang baik. Orang-orang membangun rumah bagi mereka untuk tinggal. Mereka tidak tahu kapan mereka akan kembali ke rumah.

Waktu berlalu, tempat persembunyian mereka perlahan menjadi desa kecil. Mereka sudah membangun rumah, dan mereka juga memiliki sawah.

Salah satu dari mereka mengatakan bahwa dia merindukan kampung halamannya. Dia meminta beberapa orang untuk kembali ke sana.

"Saya rindu kampung halaman kita. Siapa yang ingin pulang ke kampung halaman dengan saya?"

"Tidak. Saya suka tempat ini, ini sudah menjadi rumah saya, selain itu saya takut musuh kita masih di sana."

Nah, beberapa orang juga ingin kembali pulang.

"Saya akan bergabung dengan Anda, saya merindukan kampung halaman saya."

Beberapa orang pulang ke rumah. Mereka membawa beberapa senjata, kalau-kalau musuh masih ada di sana.

Setelah menghabiskan berbulan-bulan dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai.

Beberapa dari mereka menangis. Kampung halaman mereka terlihat sangat berbeda. Tidak ada orang di sana. Musuh sudah meninggalkan tempat itu. Tempat itu penuh dengan semak-semak.

Mereka berkata, "Sima-sima nalungun."

Mereka semua terus mengatakan nya, yang berarti tempat yang sepi. Perlahan tempat itu bernama Simalungun yang berasal dari kata sima-sima nalungun. ***

Museum Simalungun

Simalungun

Museum Simalungun

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection